top of page

[Book Review] Surga Para Pecinta Buku

  • Writer: Elma
    Elma
  • Apr 10, 2018
  • 3 min read

Updated: Aug 7, 2019

Membangun perpustakaan adalah mencipta kehidupan. ”(hal. 26)


Judul : Rumah Kertas

Penulis : Carlos Maria Dominguez

Penerbit : Marjin Kiri

Cetakan : Kedua, Oktober 2016

Halaman : 76 halaman

ISBN : 978-979-1260-62-6


Pada musim semi 1998, bu dosen Bluma Lenon membeli satu eksemplar buku lawas Poems karya Emily Dickinson di sebuah toko buku di Soho, dan saat menyusuri puisi kedua ditikungan jalan pertama, ia tertabrak mobil dan meninggal (hal 1).

Novel ini diawali dengan sebuah paragraf yang menggambarkan kematian Bluma Lenon yang cukup tragis. Ia adalah seorang dosen sastra Amerika Latin di Universitas Cambridge. Sebagian besar hidupnya ia dedikasikan untuk melakukan penelitian pada sastra terutama sastra Amerika Latin. Kecintaanya terhadap sastra rupanya justru merenggut nyawanya. Demikianlah yang dikatakan oleh salah satu rekannya, Profesor Robert Laurel, pada saat menutup pidato dalam misa kematiannya.


Novel tipis 76 halaman ini mengambil sudut pandang orang pertama. Tokoh aku yang menjadi tokoh utama dalam novel ini adalah salah satu rekan Bluma yang menggantikan posisinya sebagai dosen di Jurusan Sastra Amerika Latin Universitas Cambridge setelah beliau meninggal dunia. Sebuah paket misterius untuk mendiang koleganya dikirim ke ruangan Bluma yang kini menjadi ruangannya. Dikatakan misterius karena paket tersebut justru dikirim oleh seseorang setelah Bluma meninggal dunia. Apalagi tidak ada penulisan alamat pengirim pada paket tersebut. Namun, jika dilihat dari perangkonya, paket tersebut dapat dipastikan berasal dari Uruguay. Didorong oleh rasa penasarannya yang tinggi pada isi paket misterius tersebut, ia kemudian membuka paket itu. Seketika rasa penasarannya justru berubah menjadi perasaan gelisah. Ia mendapati buku lusuh yang kotor dan berkerak pada sampul serta bagian belakang edisi lama buku La linea de sombra , terjemahan Spanyol The Shadow-Line karya Joseph Conrad tersebut.


Kukeluarkan selembar saputangan dan dengan terperanjat mendapati sejumput kerikil halus. Semen Portland, tak diragukan lagi, sisa-sisa adukan yang pasti melekat erat ke buku itu sebelum seseorang bertekad kuat mencabutnya. (hal. 4)

Buku lusuh berkerak yang dikirimkan oleh seseorang dari Uruguay untuk Bluma Lenon membuatnya tidak tahan untuk membuka buku tersebut. Saat membuka sampul buku itu, ia mendapati kalimat persembahan yang ditulis oleh Bluma dengan tinta hijau. “Buat Carlos, novel ini telah menemaniku dari bandara ke bandara, demi mengenang hari-hari sinting di Monterrey itu. Sori kalo aku bertingkah sedikit mirip penyihir buatmu dan seperti sudah kubilang sedari awal: kau takkan pernah melakukan apapun yang bisa mengejutkanku. 8 Juli 1996.” (hal.5) Buku lusuh yang aneh serta nama seseorang yang bernama Carlo pada kalimat persembahan telah mengusik rasa penasarannya. Rasa penasaran itu membawanya terbang ke Uruguay untuk memecahkan misteri tentang siapa sesungguhnya pengirim buku tersebut.

Batinku berulang kali menyuruh agar jangan mencampuri kehidupan pribadi Bluma, tetapi pada saat yang sama aku juga merasa bahwa buku yang sedemikian aneh itu, yang tak bisa dibaca selain pesan yang ia baca dalam semen itu, patut dikembalikan ke siapa pun yang mengirimnya. (hal.6)

Penyelidikan tentang asal usul buku yang dikirimkan oleh seseorang dari Uruguay kepada Bluma akan membawanya serta membawa pembaca kedalam dunia para bibliofil. Dunia bagi para pecinta buku yang menjadikan kegiatan membeli dan membaca buku sebagai sebuah kegiatan rutin yang harus dilakukan. Bagi para bibliofil, menahan keinginan untuk tidak membeli buku di sebuah toko buku terasa lebih berat dibandingkan tidak membeli makanan untuk makan malam. Bahkan, bagi para pecinta buku, uang yang seharusnya diperuntukkan untuk membeli kebutuhan primer seperti makanan justru seringkali dialihkan sebagian untuk membeli buku. Bagi mereka, buku adalah sumber kebahagiaan bagi hidupnya. Mereka dapat merasakan kepuasan tersendiri ketika mendapatkan buku yang mereka inginkan. Terlebih dengan harga yang relatif lebih murah dari harga normal. Meski mereka sendiri tidak pernah tau, kapan buku tersebut akan sempat mereka baca. Selain itu, para bibliofil biasanya memperlakukan buku seperti sahabatnya sendiri, atau bahkan seperti kekasihnya. Tak jarang mereka membawa serta kekasihnya (buku) tersebut kemanapun mereka pergi.


Dalam novel ini, sahabat Nadda akan dikejutkan oleh banyaknya buku dirumah para bibliofil. Jumlahnya mencapai ribuan. Nyaris tak ada sudut rumah mereka yang terlihat tanpa buku. Almari pakaian, dapur, dan kamar mandi pun tak luput menjadi tempat penyimpanan buku mereka. Rak-rak buku besar mereka mungkin sudah tak muat lagi untuk menyimpan buku yang mereka koleksi. Para pecinta buku menganggap buku adalah barang yang paling berharga dihidupnya. Tak heran jika mereka mampu menyingkirkan barang berharga dirumah mereka seperti mobil untuk sekedar dijual atau justru diberikan kepada orang lain agar buku-buku mereka yang berharga dapat disimpan dengan baik di garasi mobilnya. Bagi mereka, “Membangun perpustakaan adalah mencipta kehidupan. ”(hal. 26)


Novel yang ditulis oleh sastrawan kelahiran Buenos Aires, Carloz Maria Dominguez ini merupakan sebuah maha karya yang tak kalah hebat dari penulis lainnya. Karakter tiap tokoh yang digambarkan di dalam novel sangat kuat. Dialog yang tidak bertele-tele dan alur cerita yang cenderung cepat membuat cerita dalam novel ini menjadi semakin menarik. Meski buku ini cukup tipis, namun cerita didalamnya mempunyai kesan yang besar bagi siapa saja yang membacanya, tak terkecuali bagi penulis yang juga merupakan seorang pecinta buku. Novel ini dapat menjadi alternatif pilihan bagi sahabat yang ingin membaca buku bagus namun tetap dapat menamatkannya dengan cepat. Selamat membaca. ^^

 
 
 

Comments


© 2023 by Salt & Pepper. Proudly created with Wix.com

SUBSCRIBE VIA EMAIL

bottom of page